Mega - SBY Saling Kritik

Mantan Presiden Megawati Soekarnoputri mengkritik pedas Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). Katanya, SBY hanya tebar pesona. SBY menjual mimpi belaka, dan SBY gagal mengatasi pengangguran.

Kritik pedas Megawati itu bukanlah yang pertama. Yang dikatakannya kali ini terkait dengan Rakernas II PDIP yang mendaulat dirinya sebagai Capres pada 2009. Wajar saja, kalau Presiden SBY pun mengkritik Mega walau dengan bahsa halus dan bahasa tubuh. Dia bilang: ’’Saya tidak punya waktu untuk menanggapi kritik Mega.’’ Namun begitu, SBY mengatakan, dia (SBY) dan wakilnya (Jusuf Kalla) pernah duduk dalam kabinet Presiden Megawati sehingga kalau saya tanggapi sepertinya kok sudah Pemilu.

Secara tersirat SBY sepertinya ingin mengatakan tahu persis kemampuan Megawati ketika menjalankan pemerintahan di masa lalu dan hasilnya tidak bagus-bagus amat. Bahkan sejumlah aset negara terjual, seperti Indosat.

Hemat kita saling kritik menjelang Pemilu Legislatif dan Pilpres soal biasa. Yang beruntung tentunya orang luar pemerintahan. Mengkritik lebih mudah ketimbang memberikan solusi. Mega di luar pemerintahan wajar mengkritik SBY apalagi dia punya ambisi maju dalam Pemilu 2009. Namun sikap SBY yang tidak mau terpancing dan hanya melontarkan krikan halus, menunjukkan SBY lebih arif. Sebab, jika kritik dilawan dengan kritik yang frontal maka yang rugi adalah mereka yang menjabat di pemerintahan saat ini.

Yang pasti, Pilpres 2009 tidak akan seru, kurang bergairah bila Mega tidak ikut serta. Oleh karena itu, putusan Rakernas II PDIP sudah benar mencalonkan Mega lagi dalam Pilpres 2009. Mega memang harus maju. Itulah putusan mutlak 100 persen dari arus bawah PDIP. Jadi, dari segi demokrasi kehadiran Mega dalam Pilpres punya nilai lebih ketimbang absen. Walaupun peluangnya tidak besar, Mega masih tetap ancaman bagi calon-calon Presiden dari partai lainnya.

Banyak hal perlu dipersiapkan matang oleh Mega dan tim sukses, terutama dari kalangan partainya (PDIP), khususnya dalam mencari siapa calon Wakil Presiden sebagai pendamping Megawati nanti.

Terus terang, keberhasilan SBY dalam Pilpres 2004 tidak lain karena mampu mencari pendamping yang pas yaitu Jusuf Kalla. Walaupun Kalla tidak didukung partainya (Golkar), namun popularitasnya cukup kental dan memiliki ’’track record’’ yang lumayan bersih sehingga duet SBY – Kalla pantas meraih suara terbanyak dibandingkan paket Megawati – Hasyim Muzadi, Wiranto – Shalahuddin Wahid, paket Amien Rais dan Hamzah Haz.

Persaingan Pilpres 2009 akan semakin seru jika Jusuf Kalla naik kelas, sehingga dia berani meninggalkan SBY untuk mencalonkan diri. Jika SBY dan Kalla tetap satu paket hal itu merupakan langkah mundur buat Kalla dan Golkar, tapi cukup efektif untuk mempertahankan statusquo.

Tapi, persaingan dan gejolak Pilpres 2009 lebih menghangat dan bergairah jika muncul muka-muka baru. PDIP misalnya berani memunculkan Puan Maharani. Kalau hanya muka lama, tidak akan sulit memprediksi pemenangnya, saat ini maupun dua tahun ke depan.=

*) Berita Sore

Read more!

Seorang Bayi Lahir dengan Daging Tumbuh Mirip Antena Cabang Dua di Kepala

Seorang bayi lahir dengan kondisi tumbuh daging mirip antena bercabang dua tepat di tengah kepalanya. Daging tumbuh di kepala atau dalam istilah medisnya Moningochel ini memiliki ukuran sebesar bola pimpong dan panjang daging mirip antena bercabang dua sekira 5 Centimeter.

Salah seorang petugas medis Rumah Sakit Umum dr Pirngadi Medan (RSU PM) yang tidak ingin disebutkan identitasnya mengatakan, bayi tersebut lahir dalam keadaan sehat dengan berat badan 2,8 Kilogram dan panjang 48 Centimeter.

Untuk mencegah daging tumbuh tersebut terinfeksi bakteri dari udara luar sehingga dapat memperparah keadaan bayi tersebut, pihak medis membalut daging tumbuh itu dengan kain kasa steril.

Menurut nenek bayi yakni Nurhayati (55) yang datang ke RSUPM untuk memeriksakan kondisi cucunya di Instalasi Scanning, bayi yang diberi nama Shifa Malina Wandi masih berusia seminggu, merupakan buah hati pertama pasangan suami istri (pasutri) Azwandi (27) dan Ferwanida (23), warga Jalan Pimpinan Gang Sukadamai Kecamatan Medan Perjuangan.

Bayi itu lahir seminggu lalu, tepatnya Senin (3/9) sekira pukul 24.00 WIB di sebuah klinik terdekat. Ketika lahir dengan kondisi demikian, keesokannya bayi itu diperiksakan ke puskesmas terdekat. Karena keterbatasan alat medis, pihak Puskesmas merujuk bayi itu ke RSUPM. Dan Sabtu (8/9) lalu bayi dinanti-nantikan pasutri tersebut selama empat tahun menikah, dirawat di ruang IX gedung lama RSUPM sebagai pasien Askeskin (keluarga miskin).

Azwandi (ayah bayi-red) ketika ditemui di seputaran Instalasi Informasi mengatakan, tidak mengalami keanehan atau firasat baik ia dan istrinya ketika bayi masih dalam kandungan. Masa kandungannya juga normal yakni 9 bulan 10 hari.

Pedagang sate keliling ini berharap, daging tumbuh di kepala anaknya itu bukan penyakit mematikan dan berharap pihak medis dapat mengembalikan Shifa sebagaimana bayi normal lainnya. Hanya saja pria ini mengeluh dan khawatir, sebab sebagai warga yang hanya mampu mengandalkan kartu Askeskin, pelayanan medis yang diberikan pihak rumah sakit terhadap putrinya akan “tersendat-sendat” atau terlalu lamban.

Disinggung, seandainya saja ada uluran tangan para dermawan untuk membantu meringankan kondisi Shifa, pasutri ini tentu merasa terharu.

*) Analisa
Read more!